OPTIMALISASI PERAN USTAZ DALAM PENDIDIKAN AKHLAK SANTRI DI PESANTREN
Ustadz Suharyadi, S.Pd., M.Pd., Gr., Guru SMA
Pendidikan juga bertujuan untuk berkembangnya potensi
Albinaainframe-Pendidikan menurut undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2023 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang bertujuan untuk mencetak santri yang memiliki akhlakul karimah. Pesantren juga berupaya agar mampu mencetak santri yang ahli dalam bidang agama, ilmu pengetahuan, dan mampu mengembangkan dan memberdayakan potensi semua santri sesuai minat dan bakatnya. Itulah sebabnya banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya di pesantren bahkan rela mengeluarkan uang lebih besar untuk pembiayaan pendidikan anaknya di pesantren.
Akan tetapi, yang terjadi pada saat ini adalah krisis akhlak yang terjadi di tengah-tengah masyarakat bahkan di kalangan santri. Pesantren yang terkenal dengan tujuan luhurnya dengan didasari pembelajaran akidah dan akhlak, tetapi ternyata penerapan akhlak yang baik pada diri santri masih sangat minim. Contohnya, masih banyaknya santri yang curang dalam ujian atau tidak jujur, kurangnya adab santri dalam berkomunikasi lisan maupun tulisan, adab berpakaian santri yang belum terjaga khususnya di luar kelas atau luar pesantren, dan rendahnya motivasi belajar.
Pencapaian tujuan pendidikan dan hasil belajar yang baik di pesantren merupakan harapan dan cita-cita semua pihak baik pemerintah, pesantren atau sekolah, ustaz (guru), orang tua bahkan termasuk santri (peserta didik) itu sendiri. Besarnya usaha untuk pencapaian hasil belajar di ranah kognitif ataupun psikomotor (skill) yang baik harus pula diimbangi dengan besarnya usaha dalam pencapaian hasil belajar di ranah afektif atau pembentukan karakter santri yang baik atau berakhlakul karimah.
Slameto (2013) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi hasil belajar santri dibedakan menjadi dua. Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan faktor jasmaniah, psikologis dan kelelahan santri. Sementara itu, faktor eksternal berkaitan dengan faktor keluarga, pesantren (sekolah dan asrama/pondok), masyarakat, media sosial dan
pertemanan. Ustaz memiliki peranan penting dalam memengaruhi hasil belajar santri termasuk dalam membentuk santri yang memiliki akhlakul karimah.
Sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam pendidikan saat ini harus menyesuaikan dengan keadaan santri yang telah terpapar media internet dan media sosial. Pendekatan dan strategi pembelajaran yang dilakukan ustaz di pesantren harus tepat agar santri tetap belajar (tholibul ilmi) dengan baik. ”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS Ar Ra’d (13): ayat 11). Dari ayat tersebut dapat diambil hikmah bahwa dalam keadaan bagaimanapun ustaz tetap harus dapat beradaptasi dengan berbagai upaya termasuk dalam hal KBM di tengah gempuran arus informasi, internet, dan sarana media sosial yang dekat pada diri santri di pesantren. Proses pendidikan yang baik dapat terjadi salah satu upayanya dengan mengoptimalkan peran ustaz dalam proses pembelajaran.
Dalam hal proses pembelajaran untuk membentuk akhlakul karimah santri, ustaz harus memahami gaya belajar santri dan mempersiapkan berbagai sarana atau fasilitas belajar yang disesuaikan dengan gaya belajarnya. Santri memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, ada yang visual, audio, audio visual, dan kinestetik,.
Ustaz harus sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan santri pada saat KBM untuk memfasilitasi santri dengan gaya belajar audio (auditori). Ustad juga dapat berbagi kisah nyata penuh hikmah di sela-sela KBM, bisa di awal, tengah atau akhir pembelajaran disesuaikan kondisi kelas. Berbagi kisah ini bisa berupa cerita Rasulullah dan nabi-nabi, cerita sahabat Rasul, orang-orang saleh, pengalaman pribadi ustaz atau santri yang tentunya bermanfaat bagi pembentukan akhlakul karimah santri. Ustad juga dapat melibatkan santri dalam berbagi kisah penuh makna. Hal tersebut dapat bermanfaat untuk melunakkan hati santri. Semakin sering ustaz mengajak santri berbicara atau berdiskusi, semakin banyak informasi yang direkam dalam otaknya.
Ustad perlu pula memfasilitasi santri yang memiliki gaya belajar visual dengan menampilkan gambar-gambar menarik dan tidak monoton dengan tulisan atau metode ceramah searah. Putarkan tayangan video edukasi dan percobaan/praktikum untuk memfasilitasi gaya belajar santri audio visual dan kinestetik. Bila perlu santri diminta melakukan percobaan yang sama setelah diberikan panduannya.
Tantangan lain pada Pembelajaran saat ini adalah kejujuran dalam ujian termasuk kalangan santri di pesantren. Masih banyak di kalangan santri yang melakukan kecurangan dalam ujian atau tidak jujur. Padahal, keberhasilan pembelajaran bukan hanya diukur dari segi kognitif atau pengetahuannya saja tetapi segi sikap atau akhlak santri. Sikap percaya diri, pantang menyerah dan bersungguh-sungguh dalam usaha dan kejujuran juga. Ustaz harus berperan dalam meningkatkan sikap percaya diri, pantang menyerah, dan bersungguh-sungguh dalam usaha dan kejujuran atau pun sikap positif lainnya. Selain itu, upaya meminimalisasi sikap negatif santri seperti mudah menyerah, pasrah, kecurangan atau pun sikap negatif lainnya perlu pula dilakukan.
Optimalisasi peran ustaz dalam menghadapi tantangan tersebut di antaranya memberikan edukasi kepada santri akan urgensi kejujuran dalam ujian dan pentingnya mengoptimalkan potensi yang dimiliki dengan ikhtiar sesuai kemamuan dan hasilnya diserahkan kepada Allah. Ustaz harus membina santri-santri yang memiliki kemampuan akademik di atas rata-rata untuk menjadi tutor sebaya saat KBM dan memahamkan mereka bahwa memberikan jawaban kepada teman saat ujian bukanlah sikap terpuji. Ustaz juga membina santri yang memiliki kemampuan akademik di bawah rata-rata untuk mengoptimalkan usaha atau belajarnya sebelum ujian dan tetap jujur saat ujian karena dengan bertawakal kepada Allah adalah sarana berkahnya ilmu. Ustad dapat mengajak dialog orang tua/ wali santri tentang perannya dalam pendampingan dan kontroling belajar santri di rumah dan tidak memberikan target berlebih (tekanan) perihal nilai sehingga santri menghalalkan segala cara agar memeroleh nilai yang bagus.
Ustad juga perlu mengoptimalkan perannya dalam membentuk bahasa yang baik di kalangan santri baik bahasa lisan maupun tulisan. Pengaruh internet dan media sosial sangat mempengaruhi bahasa santri. Banyak istilah populer yang mudah diucapkan santri, padahal konotasinya negatif karena viralnya istilah tersebut seperti anjai dan anjir. Bagaimana berbicara yang baik dengan orang tua, ustaz, kakak kelas atau teman sepermainan. Peran yang dapat dioptimalkan ustaz dalam hal bahasa di antaranya adalah memberikan nasihat secara klasikal saat KBM, pendekatan personal dan persuasif kepada santri-santri yang didapati mengucapkan bahasa kasar, tidak sopan atau kotor. Jika terdapat santri yang memiliki bahasa kasar, kurang baik, atau kotor dalam kesehariannya atau menjadi kebiasaannya, ustaz dapat berkolaborasi dengan yang lain termasuk orang tua santri tersebut sehingga dapat memantau perkembangan cara berbahasanya.
Menjaga adab berpakaian di kalangan santri juga perlu dioptimalkan perannya oleh ustaz. Santri mempunyai ciri khas terutama dalam berpakaian. Santri identik dengan berpakaian islami seperti menggunakan pakaian yang menutup aurat dan tidak memakai pakaian yang ketat dan menerawang. Namun, mengapa santri pada masa kini banyak yang tidak mengamalkan cara berpakaian yang benar? Masih banyak santri yang membuka auratnya atau berpakaian tidak sesuai Al-Qur’an atau hadis khususnya saat di luar kelas atau peasantren. Pada
umumnya santri sangat terpengaruh oleh internet atau media sosial dan sering mengikuti perkembangan zaman atau yang menjadi tren sehingga melupakan jati dirinya sebagai santri karena tidak mau kalah dengan anak-anak yang sebaya dengannya yang tidak terlalu memerhatikan cara berpakaian yang baik dan benar.
Peran ustaz sebagai pendidik di pesantren sangatlah diperlukan. Ustaz membuat program pesantren berupa kajian untuk para orang tua atau wali santri tentang batasan aurat dan adab berpakaian agar memiliki kesamaan pemahaman. Ajak berdialog santri-santri yang kedapatan berpakaian tidak sesuai syariat. Setelah itu ajak kolaborasi orang tua dalam pendampingan saat para santri di rumah. Orang tua sangat penting dalam mendampingi anaknya sebagai santri untuk mendidik mereka di luar bimbingan ustaz di pesantren karena sebenarnya orang tua adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Motivasi belajar santri yang rendah juga merupakan tantangan yang kini banyak dihadapi para ustaz di pesantren. Tidak adanya ujian nasional semakin menurunkan motivasi belajar santri. Beberapa peran yang dapat dilakukan menyiasati rendahnya motivasi belajar santri di antaranya adalah memberikan motivasi dan inspirasi keberhasilan masa Rasulullah dan kejayaan Islam saat umat Islam pada masa itu rajin mempelajari berbagai disiplin ilmu dan meyakinkan para santri bahwa kita pun dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki berdasarkan minat dan bakat masing-masing. Setiap santri dibina dan dirahkan dengan berkolaborasi dengan psikolog atau bagian bimbingan konseling agar lebih terarah. Ustaz juga memberdayakan santri dengan kemampuan tinggi sebagai tutor sebaya untuk membantu rekannya yang membutuhkan saat KBM. Santri tidak perlu rendah diri jika mendapatkan nilai di bawah standar ketuntasan jika sudah semangat mendengar penjelasan ustaz atau rekan sekelas, belajar sesuai kemampuan, mengerjakan tugas, tidak tidur di kelas kecuali sakit dan halangan lainnya, serta menjaga adab yang baik selama KBM. Insya Allah santri tetap akan mendapatkan manfaat dan keberkahan ilmu.
Jika segala peran dan usaha ustaz sudah dioptimalkan, hasil akhirnya diserahkan kepada Allah. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah “Dan barangsiapa berusaha, maka sesungguhnya usahanya itu untuk dirinya sendiri.” (Al-Ankabut 6). “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (An-Najm 39—41).