PENANAMAN JIWA BISNIS KE DIRI SANTRI
Ustadz Chevi Indrayadi, S.Si., Guru SMA
Pondok pesantren seharusnya merupakan lembaga pertama dan utama dalam mencetak kader dakwah dan pengusaha.
Albinaainframe-Pondok pesantren seharusnya merupakan lembaga pertama dan utama dalam mencetak kader dakwah dan pengusaha, bukan hanya tempat yang terkhusus untuk ilmu agama. Mengapa? Sebab tak dapat dimungkiri, Islam itu mengajarkan umatnya untuk menjadi orang kaya. Apa buktinya? Nabi Muhammad ﷺ sebelum diangkat menjadi rasul, saat pernikahan pertama dengan Khadijah radiyallahu ‘anha, yang kala itu berumur 25 tahun, bisa memberi mahar 100 ekor unta. Jika hari ini seekor unta seharga Rp 20 juta, nilai maharnya saja mencapai Rp 2 Milyar. Sebuah nilai yang fantastis bahkan sampai kapan pun.
Seluruh kehidupan beliau ﷺ adalah contoh untuk kita. Teladan bagi pemuda untuk memanfaatkan usia muda dengan berkarya, bukan bermalas-malasan. Apalagi jika kita hubungkan perkara ini hingga ke jenjang pernikahan, harus dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum menikah. Kumpulkan bekal sebanyak-banyaknya karena sesudah menikah itu akan banyak pengeluaran, baik terduga maupun tidak. Kemiskinan bukan alasan karena kehidupan Rasulullah ﷺ juga penuh ujian sejak kecil. Namun, itu tidak menghalangi beliau ﷺ untuk berjuang sehingga berhasil menjadi pengusaha ekspor dan impor besar pada masanya pada usia yang sangat muda.
Sayangnya, hal ini jarang dibahas di pondok pesantren. Bagaimana etos kerja beliau ﷺ dan bagaimana hal tersebut bisa diaplikasikan pada zaman sekarang karena profesi dunia yang akan bersama para Nabi alaihimussalam pada hari kiamat kelak adalah para pebisnis yang jujur.
Dari Abu Said Al Khudri Radiyallahu anhu, Rasulullah ﷺ bersabda,
التَّاجِرُ الصَّدُوقُ الأَمِينُ مع النَّبيِّينَ والصِّدِّيقِينَ والشُّهداءِ
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR at-Tirmidzi No. 1209, hadis hasan)
Tidak semua orang harus jadi ustaz. Tidak semua orang harus jadi ulama. Islam hari ini kekurangan para pebisnis kaya raya lagi saleh yang baik agama dan akhlaknya yang dengan uangnya bisa membantu perjuangan Islam: membangun ma’had, menyantuni fakir miskin, membuat sumur, membangun sekolah gratis untuk anak yang kurang mampu. Sebagaimana pondok itu sarana dan bukan tujuan, demikian juga kekayaan itu sarana bukan tujuan. Islam tidak identik dengan kemiskinan karena bumi ini Allah hamparkan untuk hamba-hamba-Nya yang saleh.
Bukankah Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَلَـقَدۡ كَتَبۡنَا فِى الزَّبُوۡرِ مِنۡۢ بَعۡدِ الذِّكۡرِ اَنَّ الۡاَرۡضَ يَرِثُهَا عِبَادِىَ الصّٰلِحُوۡنَ
Dan sungguh, telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam Az-Zikr (Lauh Mahfuz), bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh (Al Anbiya: 105).
Bahkan beliau berdoa, menganjurkan umatnya berdoa untuk berlindung dari kefakiran, mengajarkan sahabatnya untuk berdoa minta kekayaan dan berlindung dari hutang yang doa ini diabadikan di sejumlah hadis.
✅ Doa berlindung dari kefakiran
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ
“Ya Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekurangan dan kehinaan” (Shahîh al-Jâmi’ ash-Shaghîr, No. 1287)
✅ Doa berlindung dari kelaparan dan berkhianat
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُوعِ، فَإِنَّهُ بِئْسَ الضَّجِيعُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخِيَانَةِ، فَإِنَّهَا بِئْسَتِ الْبِطَانَةُ
Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lapar, karena kelaparan adalah seburuk-buruk teman yang menyertai. Dan aku berlindung kepada-Mu dari khianat. Karena ia adalah teman karib yang paling buruk. (HR Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah)
✅ Doa minta kekayaan
اللَّهُمَّ أكْثِرْ مَالِي، وَوَلَدِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أعْطَيْتَنِي وَأطِلْ حَيَاتِي عَلَى طَاعَتِكَ، وَأحْسِنْ عَمَلِي وَاغْفِرْ لِي
“Ya Allah perbanyaklah harta dan anakku serta berkahilah karunia yang Engkau beri. Panjangkanlah umurku dalam ketaatan pada-Mu dan baguskanlah amalku serta ampunilah dosa-dosaku”
Doa diatas berdasarkan dalil Nabi ﷺ mendoakan Anas Bin Malik radhiyallahu anhu :
اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَبَارِكْ لَهُ فِيمَا أَعْطَيْتَهُ
“Ya Allah, perbanyaklah harta dan anaknya, serta berkahilah apa yang engkau karuniakan padanya.” (HR Bukhari No. 6334 dan Muslim No. 2480)
✅ Doa berlindung dari kemalasan, kesedihan dan terlilit hutang
اللهُم إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ – أخرجه البخاري.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dari lilitan hutang dan laki-laki yang menindas-(ku)“. (HR Bukhari : 6369)
Poin-poin diatas dengan sangat jelas dan tegas menuntukan bahwa mendidik mental anak didik kita menjadi bermental harus kaya bukanlah aib bagi sebuah lembaga Pendidikan islam. Terlebih tantangan zaman kedepan pun mengharuskan generasi-generasi muda islam berada di “jalan kaya”, sebab para musuh islam pun tak segan-segan mendonasikan harta kekayaan nya untuk agama mereka, bahkan jika kita ingat, Negara Israel itu berdiri atas gagasan para pengusaha golongan mereka
Menanamkan jiwa bisnis sejak dini, seolah mengajarkan anak didik kita bertanggung jawab terhadap kelangsungan bangsa arah bangga ini menjadi bangsa yang mandiri, tidak dapat di setir oleh negara-negara kapitalis yang selalu ingin mendomionasi negara-negara lemah. Pengusaha menyumbangkan peranan untuk mencagah semua itu. Kita lihat data bahwa kontribusi bisnis kecil menengah adalah bisa mencapai 56,7% PDB, 19,4% dari total ekspor dan mempekerjakan 79 juta pegawai. Dari sini jelas terlihat bahwa lahirnya pengusaha berarti memberi kebermanfaatan bagi kaum muslimin lainnya
Sociologist David Mc Cleiland dalam buku It’s Time To Win mengatakan, untuk negara berkembang membutuhkan minimum 2% atau 5,6 juta pengusaha dari total populasi penduduk Indonesia saat ini. Apalagi jika kita melihat fakta bahwa menurut laporan World Inequality Report (WIR) ditahun 2022, bahwa 1% pengusaha di Indonesia menguasai 30.16% dari total asset rumah tangga negara secara nasional, sementara kelompok 50% terbawah Indonesia hanya memiliki 4,5% dari total kekayaanrumah tangga nasional. Dan perlu di ingat, yang 1% itu hampir 99% adalah kaum diluar Islam. Sungguh miris!
Tugas besar kita adalah menjadikan yang 1% sisanya itu berasal dari kalangan kaum muslimin, apalagi mereka kelas adalah berasal dari anak-anak hasil didikan pondok pesantren. Kita melihat betapa kuatnya kekuatan ekonomi PP Muhammadiyah saja sudah begitu takjub, dimana dana yang katanya hingga mencapai Rp 13 Triliyun, bisa cukup membuat oleng dunia perbankan bahkan ekonomi Indonesia bila ditarik secara masal, ini bukti, bahwa kekuatan ekonomi yang timbul dari lahirnya para pengusaha dari kalangan santri akan sangat memberi
dampak bagi arah bangsa dan negara ini. Melahirkan kepercayaan terhadap diri bahwa kita adalah bangsa yang mampu berdiri mandiri diatas kaki sendiri
Lalu hal apa saja yang bisa menumbuhkan jiwa bisnis pada diri santri?
- Membiasakan santri berdisiplin diri dan memiliki ambisi positif
Disiplin dan ambisi adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Kedisiplinan hidup tidak akan lahir tanpa ambisi. Persamaan Tiger Woods, Warren Buffet, Bill Gates, adalah mereka memulai sejak dini memiliki ambisi besar. Tiger Woods mendapat penghargaan golf sejak usia 7 tahun, Warren Buffet sudah belajar membeli saham sejak usia 11 tahun.
- Mengikutsertakan santri dalam aktivitas ekonomi pesantren
Secara bergiliran santri bisa ditugaskan untuk menjadi kasir Tobinaa sehingga jiwa malu sejak dini sudah terkikis. Tidak dapat dimungkiri bahwa rasa malu tampil di muka umum adalah kendala besar jiwa bisnis.
- Memperbanyak ekskul life skill.
Tujuannya adalah untuk memecah pemahaman bahwa sesungguhnya jalan usaha itu begitu luas, bukan hanya terbatas pada label ijazah dan menepis faham bahwa bekerja adalah wajib di balik meja.
- Yakinkan bahwa Islam butuh mereka
Apakah mereka hanya cukup jadi secuil kaum yang termangu melihat bangsa, negara, dan agamanya dikuasai segelintir “penguasa balik istana” negara ini?
Semoga Allah memberikan segala yang terbaik bagi anak didik kita kelak. Melihat mereka tegak berdiri mengawal bangsa ini