MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALOGI

PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAMI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAMI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALOGI

Ustadz Alif Rezky, M.Pd., Guru SMA

PENERAPAN NILAI-NILAI ISLAMI DALAM PEMBELAJARAN

Albinaainframe-Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk membantu seseorang dalam membentuk pandangan yang benar terhadap kehidupannya. Tujuan pendidikan adalah untuk memperbaiki akhlak, baik dalam skala individu maupun masyarakat. Hakikatnya, proses pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Seseorang dapat memperluas wawasannya dan memperoleh ilmu pengetahuan melalui proses pendidikan. Sementara itu, guru maupun calon pendidik memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal siswa dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan melalui proses pembelajaran.

            Dalam praktik pembelajaran khususnya pada pelajaran Matematika, teknik meminjam masih menjadi andalan guru ketika satuan bilangan yang dikurangi kurang dari satuan bilangan yang mengurangi. Teknik meminjam yang diajarkan ada dua, yaitu teknik satu kali meminjam dan dua kali meminjam. Mari perhatikan proses pengerjaan soal 173 – 19 secara bersusun dengan teknik meminjam berikut.

Langkah 1

3 dikurangi 9 tidak bisa karena tidak cukup. Maka pinjam ke 4 (puluhan) sebanyak 1 (puluhan)

173

  19 –

Langkah 2

Menulis 1 di dekat 3 dan mencoret 2 lalu menulis 1

11713

    19 –

Langkah 3

Menghitung

13 – 9 = 4

3 – 1 = 2

1 – 0 = 1

Diperoleh hasil 124

11713

    19 –

  154

Pada proses menghitung di atas dapat dilihat bahwa siswa sudah diajari suatu kalimat penting yaitu “jika tidak cukup maka pinjam” yang dapat diartikan sebagai “jika tidak cukup maka hutang”. Secara tidak langsung siswa sudah diajari “jika tidak cukup maka pinjam” atau senada dengan “jika tidak cukup, minta”. Bukankah ini secara tidak langsung akan mengarahkan siswa untuk menjadi tukang pinjam, tukang hutang, atau tukang meminta?

            Islam tidak melarang pinjam-meminjam. Bahkan ulama menyatakan bahwa memberi pinjaman lebih utama daripada memberi sedekah karena adanya faktor kebutuhan. Islam justru melarang untuk meminta-minta jika tanpa kebutuhan atau hanya untuk memperkaya diri. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa meminta-minta (kepada orang lain) tanpa adanya kebutuhan, maka seolah-olah dia memakan bara api” (Hadits Riwayat Imam Ahmad).

Islam justru menganjurkan untuk menjadi pemberi, bukan untuk menjadi penerima atau peminta-minta. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah ﷺ, “Tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (menerima/meminta)” (Muttafaqun ‘alaih). Hubungannya dengan contoh operasi pengurangan di atas adalah mengapa siswa diajarkan teknik meminjam sementara banyak teknik lain yang dapat diajarkan dalam operasi pengurangan. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah dengan metode analogi. Analogi adalah berbicara tentang dua hal yang berlainan, yang

satu bukan yang lain, tetapi dua hal yang berbeda itu dibandingkan satu dengan yang lain. Dalam analogi yang dicari adalah kesamaan dari dua hal yang berbeda lalu menarik kesimpulan atas dasar kesamaan itu.

            Analogi sangat penting karena dapat menggambarkan suatu ide abstrak menjadi lebih mudah dipahami dan diterima. Metode analogi ini tentunya perlu dilakukan umat Islam untuk menjelaskan nilai-nilai Islami melalui Matematika dan pembelajaran Matematika. Penerapan nilai-nilai Islami pada bahasan pengurangan di atas bisa menggunakan beberapa analogi selain pinjam-meminjam.

Menurut Sugatte dalam Abdussakir (2017), beberapa teknik operasi pengurangan yang dapat diajarkan kepada siswa, yaitu (1) menghitung terus, (2) memberi dan sama, (3) metode anak cerdas, (4) notasi yang diperluas, (5) dekomposisi pengurangan, dan (6) pinjam dan bayar. Kalau diperhatikan, teknik meminjam diletakkan sebagai opsi paling terakhir. Selain itu, bukan hanya meminjam, melainkan juga diajarkan membayar. Hal ini kontradiktif dengan buku-buku matematika yang ada di pasaran, siswa dikenalkan dengan teknik meminjam, tetapi tidak dikenalkan untuk membayar pinjaman. Oleh karena itu, tidak salah jika teknik yang diperkenalkan Sugatte lebih Islami daripada buku-buku matematika yang hanya mengajarkan teknik meminjam saja.

Pada teknik memberi dan sama, pengerjaan soal 173 – 19 dapat dikerjakan sebagai berikut.

Langkah 1

3 dikurangi 9 tidak bisa karena tidak cukup. Maka 9 dibawa ke puluhan terdekat

173

  19 –

Langkah 2

9 diberi 1 menjadi 10.

Karena 9 sudah diberi 1, maka 3 juga harus sama diberi 1 menjadi 4.

173    + 1 = 174

  19 –  + 1 =   20 –

Langkah 3

Menghitung 174 dikurangi 20.

Dari 174, 20 diambil.

Diperoleh 154

174

   20 –

  154

 

Pada pengerjaam di atas, kalimat tidak cukup maka pinjam tidak ada lagi. Justru yang ada adalah sebutan memberi dan sama. Jika siswa dibiasakan sering mendengar kalimat “memberi dan sama”, maka secara tidak langsung akan mendidik siswa untuk menjadi seorang yang dermawan dan adil.

            Terkait dengan hadis Nabi ﷺ, bahwa “Tangan yang di atas (memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (menerima/meminta)”, ada satu teknik dalam pengurangan yang dapat diajarkan, yaitu teknik membantu. Dalam teknik ini, bukan yang tidak cukup yang meminta/meminjam ke yang cukup, tetapi yang cukup justru memberi bantuan ke yang tidak cukup. Dengan teknik membantu, pengerjaan soal
173 – 19 dapat dikerjakan sebagai berikut.

Langkah 1

3 dikurangi 9 tidak bisa karena tidak cukup.

Karena 4 mampu, maka 4 memberi 1 (puluhan) ke 3

173

  19 –

Langkah 2

Menulis 1 di dekat 3 dan mencoret 2 lalu

menulis 1

11713

    19 –

Langkah 3

Menghitung

13 – 9 = 4

6 – 1 = 5

1 – 0 = 1

Diperoleh hasil 154

 

11713

    19 –

  154

Langkah pengerjaan pada teknik membantu tidak ada bedanya dengan contoh pertama pada teknik meminjam. Hanya perbedaannya terletak pada penggunaan kalimat “tidak cukup maka pinjam” sudah tidak ada lagi. Nilai positif yang diajarkan kepada siswa dengan teknik membantu ini adalah ketika ada yang tidak berkecukupan, maka yang mampu segera membantu. Bahkan sebelum yang tidak mampu meminta bantuan/pinjaman maka yang mampu sebaiknya segera membantu. Inilah satu contoh penerapan nilai-nilai Islami melalui pembelajaran matematika.

Beberapa kajian terkait penerapan nilai-nilai Islami dalam pembelajaran matematika telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Abdussakir (2005, 2006, 2007, 2009) mulai mencoba mengenalkan konsep integrasi matematika dan Islam serta internalisasi nilai-nilai Islam melalui analogi dan interpretasi pada konsep-konsep Matematika. Rezky (2019) membahas upaya menumbuhkembangkan akhlak mulia siswa SMK Negeri 10 Makassar dengan menggunakan aplikasi Masa Matriks yang mengintegrasikan materi Matriks dengan analogi jual beli dalam Islam dalam bentuk animasi dan kalkulator matriks.

            Mari memperhatikan satu lagi contoh penerapan nilai-nilai Islami pada operasi penjumlahan bilangan bulat berikut.

  1. 11 + 6 = 17, positif 11 ketika ditambah dengan positif 6 menghasilkan bilangan positif yang lebih dari 11.
  2. 11 + (-6) = 5, positif 11 ketika ditambah dengan negatif 6 menghasilkan bilangan yang kurang dari 11.
  3. -11 + 6 = -5, negatif 11 ketika ditambah dengan positif 6 menghasilkan bilangan yang lebih dari -11.
  4. -11 + (-6) = -17, negatif 11 ketika ditambah dengan negatif 6 menghasilkan bilangan yang kurang dari -11.

Kesimpulan analogi yang dapat dilakukan adalah

  1. Kebaikan demi kebaikan yang dilakukan seseorang akan menghasilkan nilai kebaikan yang lebih besar dari kebaikan semula.
  2. Kebaikan yang diikuti dengan keburukan akan mengurangi nilai kebaikan yang pernah dilakukan seseorang.
  3. Keburukan yang diikuti dengan kebaikan akan mengurangi nilai keburukan yang pernah dilakukan seseorang.
  4. Keburukan demi keburukan yang dilakukan seseorang akan menghasilkan nilai keburukan yang lebih besar dari keburukan semula.

Oleh karena itu, seorang muslim dituntun untuk selalu melakukan kebaikan setelah sempat melakukan keburukan untuk menghapuskannya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah ﷺ dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, maka kebaikan itu pasti akan menghapuskannya dan bergaullah terhadap sesama manusia dengan akhlak yang baik” (Hadits Riwayat Tirmidzi, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih).

            Strategi analogi memberikan manfaat tersendiri dalam upaya menerapkan nilai-nilai Islami pada siswa dalam pembelajaran matematika. Beberapa contoh yang diberikan masih sangat terbatas karena hanya pada bahasan bilangan dan operasinya. Harapan dari penulis semoga Allah memberikan kemudahan kepada pembaca agar dapat mengembangkan analogi-analogi yang lain untuk menerapkan nilai-nilai Islami kepada siswa dalam pembelajaran matematika.

Daftar Rujukan

Abdussakir. 2005. “Matematika dan al-Qur’an”. Disajikan pada Seminar Integrasi Matematika, al-Qur‟an dan Kehidupan Sosial, 3 Agustus 2005, Topografi Komando Daerah Militer V Brawijaya, Malang.

Abdussakir. 2006. Ada Matematika dalam Al-Qur’an. Malang: UIN-Maliki Press.

Abdussakir. 2007. Ketika Kyai Mengajar Matematika. Malang: UIN-Maliki Press.

Abdussakir. 2009. Matematika 1: Kajian Integratif Matematika dan Al-Qur’an. Malang: UIN-Maliki Press.

Abdussakir. 2017. “Internalisasi Nilai-Nilai Islami dalam Pembelajaran Matematika dengan Strategi Analogi”. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Rezky, Alif. 2019. “Meningkatkan Pemahaman Konsep Matriks dengan Menggunakan Media Visualisasi Komputer sebagai Upaya Menumbuhkembangkan Akhlak Mulia Siswa SMK Negeri 10 Makassar”. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Tags: No tags

Comments are closed.